Selasa, 21 Juli 2009

rajutan-rajutan menarik

Membuat rajutan benang sendiri? mengapa tidak? awalnya sih takjub melihat taplak meja makan seorang teman yang berupa rajutan benang. Kok bisa ya buat rajutan sebesar itu? apa tidak bosan atau jenuh mengerjakannya. Waktu kutanyakan berapa lama membuatnya, ee.. dijawab kalau ternyata taplaknya hasil membeli. Kuamati langkah-langkah pembuatannya. Waktu itu aku memang hanya bisa membuat rajutan yang berupa tiang-tiang saja, tidak ada motif lain. Ini juga belajarnya duluuu sekali, dari seorang temen waktu kecil. Ya hanya berupa tiang-tiang itu. Kalaupun ada kombinasi, hanya ditambah rantai kosong saja supaya agak berpola sedikit. Kedalanya ada di "benang"nya. Karena tinggal dikota kecil, susah mendapatkan benang yang cocok untuk membuat aneka rajutan. Waktu itu yang ada hanya benang wol, itupun terbatas warna dan jumlahnya. Waktu anak keduaku lahir, sempat kubuatkan topi, kaos kaki, kaos tangan dan jaket dari benang wol, dan motif rajutnya juga hanya tiang-tiang. Tapi begitu kupakaikan, sepertinya kepanasan walau musim hujan. Jadilah akhirnya rajutanku menganggur dan akhirnya jadi penghuni kardus yang siap dikasihkan kesiapa saja yang mau.
Kemudian dengan benang wol pula sempat kubuat selimut, kalau ini sudah agak lumayan motifnya, tidak lagi berupa tiang-tiang dan pinggirannya juga sudah ada gelombangnya. Dan ternyata selimut ini bisa juga terpakai agak lama. Tapi susahnya kalau sudah dicuci dan yang mencuci ngawur, benangnya kadang-kadang putus dan jadi terburai rajutannya. Memang harus extra hati-hati merawatnya.
Lama-lama setelah mengenal beberapa tusukan, mulailah kubuat juga taplak-taplak kecil dari benang wol dan benang nilon. Kubuat beberapa bentuk, ada bulat, persegi dan oval. Sebenarnya taplak meja makan punya teman itu dari benang katun, tapi untuk mendapatkannya aku kesulitan. Pernah mendapatkan dalam bentuk gulungan kecil, tapi setelah kurajut ternyata banyak sekali bercak-bercak kecoklatan. Kupaksakan juga menyelesaikan rajutan, tapi setelah selesai tidak enak juga untuk memajangnya karena tidak bersih.
Kemudian aku mendapatkan kesempatan belajar membuat tas rajut yang dasarnya memakai ram-ram plastik. Selesai satu tas, kuhadiahkan ke kakak iparku. kemudian aku berniat membuat satu tas lagi, tapi aku sudah tidak punya benang. Alhasil ketika seorang menawarkan jasa untuk mencarikan benang, aku mengiyakan. Tapi setelah benang datang, ternyata salah ukuran, kekecilan. Kupaksa juga merajut diatas ramnya. Tapi dasar tidak sesuai ukuran, mau diakali juga tidak bagus. Kalau kukencangkan, kelihatan kain ramnya. Kalau kulonggarkan, jadinya kedodoran, tidak rapi. Akhirnya malas juga menyelesaikannya, sampai sekarangpun belum selesai-selesai. Padahal aku pesan beberapa warna dan dalam jumlah besar. Apa yang bisa kubuat dari benang yang salah ukuran ini ya? Pikirku waktu itu, kalau tidak dipakai jelas mubadzir, jadi harus bisa dimanfaatkan.
Kucoba membuat taplak meja makan saja, hasilnya pasti lumayan nanti. Benar juga, setelah memakan waktu yang lumayan lama, lebih dari dua bulan, akhirnya jadi juga sebuah taplak meja bundar ukuran delapan kursi yang menghabiskan benang lebih dari 2 kilo. Syukurlah bisa juga kuselesaikan.



Masih penasaran dengan benang katun, dimana aku harus membelinya. Kok ya gayung bersambut. Seorang teman yang katanya ibunya biasa membuat rajutan dari benang katun menawarkan jasa membelikan benang katun dalam betuk kiloan. Nanti kalau mau pakai harus menggulung sendiri. karena yakin benangnya tidak salah, maka langsung saja kusetujui karena aku sudah pengin sekali membuat taplak meja makan rajutan dari benang katun, yang kata teman kalau beli jadi juga mahal. Lumayanlah kalau seandainya bisa bikin sendiri dan motifnya juga suka-suka sendiri.

Setelah benang datang dan memang benar seperti yang kumaksud, mulailah kurajut sesuai motif yang kuinginkan. Hari-hari kulalui dengan rajutan, bahkan saat mengantar les anak-anak dan menungguinya kuisi dengan merajut, ingin cepat-cepat selesai saja dan bisa kubentangkan di meja makanku. Butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Dan setelah jadi dan terpajang di meja makan, seorang teman ingin membelinya. Waduh... enggak deh, ini bikinnya penuh perjuangan. Belum tentu aku nanti sanggup bikin lagi. Dan memang iya, sejak kubuat taplak meja makan ukuran delapan kursi itu, aku belum ingin membuat lagi. Aku hanya membuat rajutan-rajutan dengan ukuran lebih kecil, misal saja sebagai penutup sofa. Kapan akan kumulai membuat lagi ya? Pasti akan kubikin karena benang katun yang kupunya masih banyak.

2 komentar:

  1. bagus sekali buu, inspiring banget.Thank you

    BalasHapus
  2. Ibu, sangat inspiratif. Saya baru mau mulai merajut taplak meja. Cuma, bingung, berapa kg benang katun yang dibutuhkan untuk meja makan 6 kursi. Mohon informasinya. Terima kasih

    BalasHapus