Minggu, 21 November 2010

hayuk nyoba bikin baju sendiri..

Kain seragam batik sudah diantarkan ke rumah satu setengah bulan dari jadwal pelaksanaan acara, maksudnya supaya kita-kita sudah siap semua dan seragam akan dipakai bersamaan. Namun setiap akan keluar rumah untuk mengantarkan kain ke penjahit, kok ada saja kendala. Ketinggalan dirumah, nggak sempat mengantarkan karena terburu-buru dengan acara lainnya, dan yang pasti kelupaan menjadi kebiasaan wajib. Sampai pada saatnya, acara tinggal menunggu hitungan hari, tinggal tiga hari lagi. Ow ow.. penjahit mana yang mau melayani keinginanku? Putar otak, putar otak. Mau diapakan lembaran kain ini. Bikin sendiri? sempat jadi nggak ya? Ah, harus mencari pola paling gampang, supaya cepat selesai dan pas acara bisa dipakai. Dan inilah Pola paling sederhana, tak perlu mengukur badan... SIAP?







Minggu, 14 November 2010

Pesawat Mirza


Buku kecil berukuran 27 x 12 cm, tebalnya hampir 2 cm. Berisi gambar-gambar dan panduan

tentang mesin pemburu yang super canggih milik angkatan bersenjata, berupa pesawat tempur , helikopter tempur, kapal selam, kapal induk dan peluru-peluru yang besar dari beberapa negara. Amerika, Belanda, Uni Soviet, Jepang, Prancis, Italy dan masih banyak lagi.
Sulungku, walau tak tahu isinya, karena memang belum bisa membaca, karena waktu itu belum sekolah, apalagi buku itu ditulis dalam bahasa Inggris, gimana mau mudeng ya? Tapi, buku itu terus saja dibolak baliknya, setiap hari. Senang betul dia mengamati gambarnya.

Satu ketika saat sulungku sudah masuk TK, si Bapak membelikan mainan kapal perang, tapi harus dirakit dulu. Namanya juga masih TK, minta bantuanlah sama emaknya (aku). Jadilah aku yang mengerjakan sampai selesai dan sulungku menikmati hasil jadinya. Memainkannya di lantai, di meja, di lantai lagi.. hingga lelah, lalu menyimpannya diatas bufet, disamping televisi yang berukuran 17 inchi.

Beranjak usia, saat itu sekitar kelas 4 SD. Entah dari mana asalnya, dia minta dibelikan majalah “ANGKASA”. Majalah yang ditulis dalam bahasa Indonesia, berisi beragam pesawat dan seluk beluk pesawat. Di situ mengulas mesin, pilot, hanggar, managemen, dan masih banyak lagi. Ah, ulasan ini tak dibacanya. Yang disukainya, selain gambar-gambar pesawat, lukisan pesawat dari pembaca yang mengirim ke majalah, ada halaman yang paling disukainya, halaman yang memuat pola dan panduan untuk membuat pesawat.
Setelah dicopy dan dilekatkan di kertas yang agak tebal, polapun digunting sesuai pola. Tepi kertas yang bergerigi yang maksudnya untuk memudahkan menyambung antar bagian menyulitkannya menggunting.
Tapi dengan ketekunannya, akhirnya pola-pola berhasil digunting, dibentuk sesuai garis lipatan yang terlalu mepet dengan tepi kertas dan disatukan bagian demi bagiannya. Satu pesawatpun telah selesai dibuat. Kemudian diguntingnya pola satunya dan dibuatnya satu pesawat lagi. Kadang memang ada yang gagal karena ukuran bagian-bagian sepertinya tidak cocok saat disambungkan. Tapi tak menyurutkan minatnya untuk membuat pesawat-pesawat yang lain.

Setelah tahu teknik pembuatan, akhirnya ada keinginan untuk membuat pesawat yang lebih besar. Sepertinya tak puas dengan pesawat yang biasa dijiplaknya, kini dia mulai membuat pola sendiri. Penggaris diletakkan diatas kertas karton, siap mengukur bagian-bagian pesawat yang akan dibuatnya. Kali ini dibuatnya pola berukuran lebih besar dari pola di majalah “ANGKASA”. Dan akhirnya berhasil dibuatnya. Beberapa karyanya menjadi hiasan, pengisi lemari kacaku.


Kamis, 21 Oktober 2010

Bikin lagi yuk ! "Corn Craft"

Seorang teman berbaik hati mau mengajarkan ketrampilan “Corn Craft”, berbahan dasar tepung maizena yang diuleni. Dari tepung yang diuleni seperti akan membuat kue ini, bisa dibuat beraneka bentuk cantik yang bisa menjadi pajangan meja atau lemari hias. Ih... ini sih tergantung tangan juga ya bagaimana luwes apa tidak melenturkan jari-jari membuat aneka bentuk nantinya. Bersama beberapa ibu kamipun datang kerumah bu Yuli (sang guru) minta diajari langsung bagaimana mengadoni tepung sampai menjadi kalis dan belajar membuat bentuknya.

Nah... bagian pakarnya nih yang membuat adonan, kami hanya mengamati saja, alasannya kami belum tahu seberapa kalisnya bahan yang dibuat nanti.. hehehe... ada alasan lain, jari-jari kami nggak mau belepotan, nakalnya....!!! sudah minta diajari masih ngerjain gurunya. Maafkan kami ya bu guru !

Setelah adonan jadi, adonan dibagi menjadi beberapa bagian untuk diwarnai sesuai kebutuhan. Kali ini kami ingin membuat bunga saja, itu yang gampang maksudnya. Kamipun sibuk membentuk,

“ternyata sulit juga ya !” celetuk kami.

“Enggak mbak ! karena belum terbiasa aja” suhunya memberi semangat.

Dengan bersusah payah membentuk sampai posisi badan dan mulut yang ikut monyong-monyong, akhirnya jadi juga beberapa kuntum, mau dirangkai menjadi apa ya nanti ? semua punya tujuan yang berbeda, tapi intinya membuat semenarik mungkin, sayang dong udah belajar sedari pagi masak nggak bagus hasilnya. Wuuuiiihhh semangatnya ! ya, hayo semangat !

Saat-saat kami kesulitan membentuk atau menempelkan bagian-bagian, ee... si kecil.. putrinya sang guru yang masih SD langsung berkomentar,

“Gini tante caranya, pake air, jangan dikasih minyak terus !”

"Hahaha... ketahuan deh katroknya" lha iya jelas harusnya kan ditambah air bukan minyak. Gimana adonanya mau kering nanti kalau ditambah minyak terus.Hehehe.... kalah deh kita sama anak kecil. Kecil-kecil pantes juga jadi guru, Kalau lihat hasil karyanya yang dipajang, wuih kita semua kagum.

saatnya adonan yang sudah terbentuk harus dikeringkan, ada dua cara. Dikeringkan dibawah terik matahari atau dioven. Kali ini kami memilih dioven biar cepet rampung dan cepet melihat hasilnya dan cepet pulang. Lagian.. karena matahari kali ini tak bersinar garang. Jadi bisa seharian nunggu keringnya.

Jadi sudah “Corn Craft” kami, tinggal memberi cat transparan supaya mengkilat. Nanti saja dicat dirumah. Setelah membereskan semua perlengkapan, kamipun pulang dengan membawa hasil karya sendiri, duh senengnya, jadi juga akhirnya Corn Craftku.

Corn Craft sudah dicat, hasilnya benar2 bagus. Bisalah nanti membuat sendiri dengan bentuk-bentuk yang lebih menarik, bikin hiasan kulkas, tempat surat dan lain-lain. Yang penting kali ini kami sudah tahu caranya. Makasih bu Guru !

***

Waktu berlalu, beberapa bulan setelah pembuatan perdana Corn Craft tak ada karya lagi yang dihasilkan. Maunya juga ingin membuat tapi terkendala kegiatan lainnya. Bahan-bahan yang terbeli juga belum terpakai karena waktu belajar membuat Corn Craft kami membuat beramai-ramai dari bahan yang sudah disediakan sang Guru, wah, memang benar-benar belajar yang sangat menarik, mendapat ilmu gratis dan bahannya juga gratis. Jadi bahan yang telah terbeli ini bagaimana? Ah pasti akan dibuat, entah kapan, nunggu saat yang tepat.

Benar juga ternyata. Saat seorang teman datang kerumah dan pembicaraan mulai mengarah ke ketrampilan, dia menginginkan aku mengisi di salah satu acara arisan. Tadinya ingin belajar membuat wadah-wadah yang memanfaatkan koran bekas, tapi setelah kutunjukkan ada yang baru yaitu Corn Craft, dia tertarik. Oke ! masih lama toh acaranya, masih sempat membuat contoh-contoh lainnya. Siap beraksi !

***

Pagi-pagi kukeluarkan tepung maizena 4 bungkus, satu bungkusnya 100 gr. Lalu kusiapkan minyak goreng dan air. Kutuang minyak sedikit lalu kutuang air, kuaduk rata. Masih kurang halus, kutuang lagi minyaknya bergantian dengan airnya. Beberapa kali kulakukan tuang menuang minyak dan air, tapi kenapa adonan nggak bagus juga. Seingatku waktu belajar dirumah teman (sang guru) dulu, 750 gr tepung hanya membutuhkan minyak 150 – 200 cc, berarti kalau aku hanya membuat 400 gr tepung... minyak yang kubutuhkan lebih sedikit, tapi ini kenapa minyak dan air bisa kubutuhkan banyak sekali dan nggak segera menunjukkan hasil. Ada yang salah pasti, apa tepungku tergolong sangat kering ya jadi perlu lebih banyak minyak dan air ?

Masih dalam kebingungan dan masih menguleni adonan yang nggak berhasil-berhasil, bungsuku mendekati dan menanyakan mau membuat apa, aku segera mengambil hasil Corn Craft yang sudah jadi,

“Mau buat seperti ini lhoh dik”

Sambil berbincang-bincang tentang adonanku yang nggak jadi-jadi aku mengamati lemari stok barang di depanku.

“Yah !, pantas saja nggak jadi-jadi adonannya, belum mama kasih Lem !”






Senin, 31 Mei 2010

comik

Salah satu karya yang dibuatnya sewaktu SMP “comik”.
Mengikuti proses pembuatannya, buih..! nggak sabar... karena beberapa kali ganti kertas dan mulai menggambar dari awal lagi untuk memperbaiki gambar yang menurutnya kurang pas. Padahal menurutku ya tidak keliatan kalau ada yang salah. Setelah yakin tidak ada yang salah... Nih, giliran ayahnya yang dimintai tolong,

“scan-in dong pa di kantor..?”

Dengan senang hati ayahnya menuruti. Inilah hasil scan comik sulungku.