Selasa, 25 Agustus 2009

Aiiiihhhh... Alma..

Pekerjaan sekolah bungsuku kelas 6 SD, katanya sih mau bikin boneka. Nggak tahu mau bikin boneka apa. Secepatnya meluncurlah aku dan bungsuku ke toko peralatan jahit-menjahit mencari kebutuhannya sebelum malam datang. Biasa, besok pagi mau dibawa kesekolah. Kenapa.... nggak kemarin-kemarin nyari perlengkapan. Dan seperti biasanya juga "lupa". Haiyah.. !! kebiasaan.. Kami sibuk ditoko jahit untuk mencari bahan yg diperlukan.

"Bikin boneka apa sih dik besok ?"

"Nggak tahu..! pokoknya boneka..! dari kaos kaki dan kain flanel"

Lhaiiikk..!! dianya aja nggak jelas mau bikin apa, gimana mau nyari bahannya.. Kepikir aja kalau yg mau dibuat nanti boneka manusia, jadi warna bahan yang dipilih harus sesuai. Milih.. milih.. akhirnya terbelilah kaos kaki warna krem, maksud hati untuk menyamakan warna badannya dan kain flanel warna oranye dan ungu untuk membuat baju dan pernik-perniknya. Kemudian membeli kapas utk isi boneka dan kancing utk matanya.

"Mulutnya apa ya dik..?"

"Apa ya Ma.. ?"

"Yaaaaahhh... ganti nanya.. emang gurunya nggak bilang untuk mulutnya dibuat dari apa. Ya udah diakalin aja ya dibuat dari sulaman benang"

Tak ketinggalan beli juga kertas karton untuk membuat polanya. Padahal dirumah masih ada juga sisa-sisa kertas karton yang lalu.

Paginya dibawalah seperangkat perlengkapan prakarya ke sekolah utk dikerjakan. Katanya harus dikerjakan di sekolah. Hihihi... gurunya takut kalau dikerjain dirumah pasti emak-emak yang ngerjakan. Betul pak guru..!!

Siang hari jam pullang sekolah 13.30 sampailah bungsuku di rumah. Apa yang dikerjakannya siang ini? Ganti baju dan upacara lainnya, makan, sholat.. ee.. dia mulai ngerjakan prakaryanya. Pola yg sudah dibuat di sekolah dijahit tangan. Waktu kutanya apa yg sdg dibuatnya, dia jawab sedang ngerjakan badan dan kepala boneka. Kuamati menjahitnya, tangannya menusukkan jarum dengan hati-hati takut tertusuk jarinya. Kuamati juga bentuk yang dia buat. Belum jelas juga mau bikin apa. Saat kutanya jawabannya pokoknya kata pak guru disuruh bikin badan dan kepala. Lha iya... tapi badannya siapa? kepalanya siapa?

"Nggak tahu.. ya disuruhnya bikin kayak gini.."

Hampir selesai juga jahitannya, dan sebelum menutup penuh jahitan kaos kakinya dia isi dulu dgn kapas. Setelah disara cukup isinya barulah diselesaikan jahitannya. Ini butuh waktu berjam-jam, betah juga ya duduk berusaha menyelesaikan badan bonekanya. Kemudian dia simpan lagi katanya mau dilanjutkan disekolah. Berarti masih minggu depan selesainya, pikirku.

Hari yg sama dgn jadwal prakarya. Dia bawa lagi ke sekolah perlengkapan jahitnya utk meneruskan bersama teman-teman sekelasnya.

Jam yang sama pulang sekolah 13.30. Taraaa... dia tunjukkan hasilnya. Lha... Ternyata bikin pinguin. Wah salah warna dong. Kenapa nggak bikin dengan kaos kaki warna hitam dan kain flanel warna putih ya? yaaaachhh... wis kadung, mau gimana lagi..? ganti..?

Inilah karena instruksi guru yg gak jelas mau bikin apa, jadinya salah deh. Eiit..! atau anakku yg nggak mendengarkan ya ketika gurunya bilang mau bikin pinguin.

Tapi... lumayanlah, tanpa bantuanku dia bisa menyelesaikan prakaryanya.

Hebat nak!

Rabu, 19 Agustus 2009

sim-salabim

Kertas HVS yang sudah tidak terpakai lagi alias kertas bekas mulai kuseleksi, kalau-kalau satu sisinya masih kosong. Lumayan, masih bisa dipakai bikin catatan-catatan atau untuk belajar anak-anak kalau butuh coretan-coretan. Seperti biasanya, begitu dapet beberapa lembar, kertas HVS ini kusimpan dilaci masih dalam lembaran utuh dan kutumpuk begitu saja. Kalau pas butuh tinggal comot seperlunya. Cuma masalahnya sekarang, kalau anak-anak yang ngambil, suka berantakan, jadi kertas yang tadinya licin suka ada yang kelipat-lipat.

Gimana ya mengakalinya? Kupikir, kupotong jadi dua saja supaya ukurannya lebih kecil dan kubendel pakai penjepit kertas. Supaya anak-anak kalau ngambil bisa satu bendelan dan dilaci jadi tetep rapi. Benar juga, setelah beberapa waktu berlalu, susunannya masih rapi. Kini tinggal membuat supaya penampilannya jadi lebih menarik. Gimana ya?

Baru ingat kalau ternyata aku punya kertas gelombang warisan dari temen yang pindah rumah. Sepertinya bisa kumanfaatkan jadi sampulnya. Pasti lebih keren dan kelihatan lebih rapi. Jadi nggak malu makai didepan teman kalau makai kertas bekas. Lumayan, bisa berhemat. Kertas bekasku kini bisa ikut mejeng diacara rapat nih.