Minggu, 14 November 2010

Pesawat Mirza


Buku kecil berukuran 27 x 12 cm, tebalnya hampir 2 cm. Berisi gambar-gambar dan panduan

tentang mesin pemburu yang super canggih milik angkatan bersenjata, berupa pesawat tempur , helikopter tempur, kapal selam, kapal induk dan peluru-peluru yang besar dari beberapa negara. Amerika, Belanda, Uni Soviet, Jepang, Prancis, Italy dan masih banyak lagi.
Sulungku, walau tak tahu isinya, karena memang belum bisa membaca, karena waktu itu belum sekolah, apalagi buku itu ditulis dalam bahasa Inggris, gimana mau mudeng ya? Tapi, buku itu terus saja dibolak baliknya, setiap hari. Senang betul dia mengamati gambarnya.

Satu ketika saat sulungku sudah masuk TK, si Bapak membelikan mainan kapal perang, tapi harus dirakit dulu. Namanya juga masih TK, minta bantuanlah sama emaknya (aku). Jadilah aku yang mengerjakan sampai selesai dan sulungku menikmati hasil jadinya. Memainkannya di lantai, di meja, di lantai lagi.. hingga lelah, lalu menyimpannya diatas bufet, disamping televisi yang berukuran 17 inchi.

Beranjak usia, saat itu sekitar kelas 4 SD. Entah dari mana asalnya, dia minta dibelikan majalah “ANGKASA”. Majalah yang ditulis dalam bahasa Indonesia, berisi beragam pesawat dan seluk beluk pesawat. Di situ mengulas mesin, pilot, hanggar, managemen, dan masih banyak lagi. Ah, ulasan ini tak dibacanya. Yang disukainya, selain gambar-gambar pesawat, lukisan pesawat dari pembaca yang mengirim ke majalah, ada halaman yang paling disukainya, halaman yang memuat pola dan panduan untuk membuat pesawat.
Setelah dicopy dan dilekatkan di kertas yang agak tebal, polapun digunting sesuai pola. Tepi kertas yang bergerigi yang maksudnya untuk memudahkan menyambung antar bagian menyulitkannya menggunting.
Tapi dengan ketekunannya, akhirnya pola-pola berhasil digunting, dibentuk sesuai garis lipatan yang terlalu mepet dengan tepi kertas dan disatukan bagian demi bagiannya. Satu pesawatpun telah selesai dibuat. Kemudian diguntingnya pola satunya dan dibuatnya satu pesawat lagi. Kadang memang ada yang gagal karena ukuran bagian-bagian sepertinya tidak cocok saat disambungkan. Tapi tak menyurutkan minatnya untuk membuat pesawat-pesawat yang lain.

Setelah tahu teknik pembuatan, akhirnya ada keinginan untuk membuat pesawat yang lebih besar. Sepertinya tak puas dengan pesawat yang biasa dijiplaknya, kini dia mulai membuat pola sendiri. Penggaris diletakkan diatas kertas karton, siap mengukur bagian-bagian pesawat yang akan dibuatnya. Kali ini dibuatnya pola berukuran lebih besar dari pola di majalah “ANGKASA”. Dan akhirnya berhasil dibuatnya. Beberapa karyanya menjadi hiasan, pengisi lemari kacaku.


2 komentar:

  1. bude pagus banget hehehe pesawat tempur ya judulnya knp pesawat mirza?(mas mirza)??? tapi bagus lo bud

    BalasHapus
  2. eh salah maksud nya yang pagus itu bagus hehehe

    BalasHapus